Sunday, October 12, 2008

PENGARUH SUJUD


Tidak diragukan lagi, banyak bertaqarrub kepada Allah dengan banyak sujud, berdoa di dalamnya, sensitif dan menangis, takut, berharap, bertasbih dan bertahmid, itu menguatkan hubungan seseorang dengan Allah dan membuahkan hasil-hasi positif pada kejiwaan orang yang sujud, akhlak, orientasinya tentang kehidupan, dan sikapnya ketika menghadapi musibah. Itulah pengaruh dan hasi hubungan kuat dengan Allah , yang membuat seseorang menjadi tampil beda dari orang lain, seperti al-Qur’an yang bergerak di tengah-tengah khalayak manusia, seperti mereka yang berasal dari generasi awal untuk hidup dengan generasi kini. Yang membedaka mereka dengan orang lain ialah pengaruh sujud. Di antara pengaruh dan hasil-hasil sujud paling penting ialah sebagai berikut:
1. Ada tanda di Wajah Mereka
Allah berfirman:
مُّحَمَّدُُ رَّسُولُ اللهِ وَالَّذِينَ مَعَهُ أَشِدَّآءُ عَلَى الْكُفَّارِ رُحَمَآءُ بَيْنَهُمْ تَرَاهُمْ رُكَّعًا سُجَّدًا يَبْتَغُونَ فَضْلاً مِّنَ اللهِ وَرِضْوَانًا سِيمَاهُمْ فِي وُجُوهِهِم مِّنْ أَثَرِ السُّجُودِ
“Muhammad itu adalah utusan Allah dan orang-orang yang bersama dia adalah keras terhadap orang-orang kafir, tetapi berkasih sayang sesama mereka: kamu lihat mereka ruku' dan sujud mencari karunia Allah dan keridhaan-Nya, tanda-tanda meraka tampak pada muka mereka dari bekas sujud.” [QS. al-Fath (48): 28].
Identitas di wajah hasil sujud itu konotasinya banyak dan pernah disebutkan al-Hafidz Ibnu Katsir di tafsirnya. Di antara bentuknya ialah sebagai berikut:
1) Ibnu Abbas berkata, “Siimahum fi wujuuhihim (tanda-tanda mereka tampak di wajah mereka), maksudnya tanda yang baik.
2) Mujahid dan lain-lain berkata, “Maksudnya kekhusyukan dan tawadhu’.”
3) as-Sa'di berkata, “Shalat memperindah wajah mereka.”
4) Sebagian ulama berkata, “Sesungguhnya kebaikan itu cahaya di hati, sinar di wajah, rizki banyak, dan dicintai hati manusia.”
5) Amirul mukminin Ustman bin Affan berkata, “Jika seseorang menyembunyikan salah satu rahasia, maka Allah menampakkannya di rona wajahnya.”
Maksud ucapan Ustman bin Affan ialah sesuatu yang dipendam di jiwa itu terlihat di rona wajah. Jika hati orang mukmin itu harmonis dengan Allah , maka Dia memperbaiki penampilannya pada manusia. Diriwayatkan bahwa Umar bih Khaththab berkata, “Siapa memperbaiki hatinya, maka Allah memperbaiki dirinya saat bersama orang lain.”
Jadi, identitas hasil sujud itu bukan berbentuk bulatan hitam di wajah, seperti disangka banyak orang. Banyak orang jahat membuat cap hitam di kening untuk menampakkan keshalihannya pada manusia, berdasarkan ayat di atas dan penafsirannya yang salah.
Manshur berkata, “Mujahid berkata, “Siimahum fi wujuhihim min atsari as-sujud (tanda-tanda mereka tampak di wajah mereka), maksudnya khusyuk.” Aku berkata, “Pengaruh sujud itu aku lihat di wajah.” Mujahid berkata, “Sepertinya aku ada di depan orang yang hatinya lebih keras dari Fir’aun.”
Riwayat di atas menunjukkan, ternyata pemahaman salah tentang ayat di atas itu tidak hanya terjadi zaman sekarang. Tapi, sudah ada sejak dulu, bahkan pada zaman tabi’in. Karena itu, kita lihat pada zaman sekarang banyak orang rusak dan amoral punya tanda hitam di antara kedua matanya.
Mengomentari ayat di atas, Sayyid Quthb berkata, “Tanda di wajah mereka ialah kesucian, sinar, kejernihan, kebeningan, dan sayu ekses ibadah tapi terlihat hidup, mempesona dan lembut. Tanda di wajah itu bukan tnda hitam di wajah seperti terlintas di hati ketika mendengar firman Allah , “Min atsari as-sujud (dari bekas sujud).” Yang dimaksud dengan pengaruh (hasil) sujud ialah pengaruh (hasil) ibadah. Kata sujud dipilih, karena sujud merupakan representasi kekhusyukan, ketundukan dan penghambaan kepada Allah, dalam bentuknya yang paling sempurna. Hasil sujud ialah hasi kekhusyukan. Dan pengaruhnya terlihat di rona wajah dan tidak terlihat pada orang-orang sombong. Ya, wajah terlihat tawadhu’, mempesona, bening, berseri-seri, tengan dan sedikit sayu yang membuat wajah orang mukmin makin tampan dan menarik.”

2. meninggikan derajat dan menghapus kesalahan
Seseorang itu sangat dekat dengan Allah ketika ia sujud. Oleh sebab itu, barangsiapa banyak bersujud kepada Allah , otomatis kedekatannnya dengan Allah meningkat. Dan, barangsiapa kedekatannya dengan Allah meningkat, maka itu adalah unsur paling penting yang meninggikan derajatnya dan menghapus kesalahan-kesalahannya. Siapa tawadhu’ kepada Allah, maka dereajatnya ditinggikan Allah. Dan, tidak ada lagi tawadhu’ yang lebih baik dari sujud. Di bab keutamaan Sujud dan Anjuran untuk Sujud, Muslim menyebutkan perkataan Mi’dan bin Abu Thalhah Al-Ya’muri yang berkata, aku bertemu Tsauban, mantan budak Rasulullah , lalu ia berkata kepadanya, “Jelaskan kepadaku perbuatan yang jika aku kerjakan, maka Allah memasukkanku ke surga karena perbuatan tersebut.” –Atau ia berkata, “Jelaskan kepadaku amal perbuatan yang paling disukai Allah.” –Tsauban diam tidak bereaksi. Aku bertanya lagi kepadanya, tapi ia tetap diam. Aku bertanya lagi kepadanya untuk ketiga kalinya, lalu ia berkata, “Hal yang sama pernah aku tanyakan kepada Rasulullah , lalu beliau bersabda, ‘Hendaklah engkau banyak sujud kepada Allah. sebab, jika engkau sujud kepada Allah sekali saja, maka Allah meninggikanmu satu derajat dengan sujud itu dan menghapus kesalahanmu’.” (HR. Muslim).

3. Menghilangkan Duka
Duka dakwah itu berbeda dengan duka-duka dunia lainnya. Misalnya duka karena tidak punya makanan, pakaian, tempat tinggal, dan belum menikah. Duka hal-hal dunia ini hilang secara otomatis jika hal-hal itu tercapai dan terpenuhi. Tapi, duka dakwah akibat berpalingnya manusia dari kebenaran , upaya para thaghut dan antek-antek mereka untuk mengganggu perjalanan dai ke jalan Allah Ta’ala, rontoknya sebagian aktivis dari medan dakwah , tidak terealisirnya sebagian target dakwah, dan kesalahan-kesalahan yang dilakukan sebagai dai lalu mereka menjadi penyebab petaka bagi dakwah ini semua dan lain-lain menjadi duka dakwah yang dulu pernah menimpa Rasulullah . Dan untuk meringankan duka akibat perkataan musuh-musuh dakwah, yaitu orang-orang kafir, kelompok penggembos, dan orang-orang yang menghalang-halangi manusia dari jalan Allah, maka Rasulullah mengerjakan shalat, terutama sujud. Allah Ta’ala sudah tahu penderitaan dan duka yang akan menimpa Rasulullah dan siapa saja yang bergabung ke dalam kafilah dakwah. Untuk itu, Allah Ta’ala berwasiat kepada Rasulullah dan generasi sesudah beliau untuk mengerjakan shalat, untuk meringankan duka tersebut. Allah Ta’ala berfirman,
وَلَقَدْ نَعْلَمُ أَنَّكَ يَضِيقُ صَدْرُكَ بِمَا يَقُولُونَ فَسَبِّحْ بِحَمْدِ رَبِّكَ وَكُن مِّنَ السَّاجِدِينَ
“Dan Kami sungguh-sungguh mengetahui, bahwa dadamu menjadi sempit disebabkan apa yang mereka ucapkan, maka bertasbihlah dengan memuji Rabbmu dan jadilah kamu di antara orang-orang yang bersujud (shalat)”. (QS. Al-Hijr: 97-98).
Syaikh Al-Allusi berkata; “Firman Allah Ta’ala, “Wa kun min as-sajidin (dan jadilah kamu di antara orang-orang yan sujud),’ maksudnya jadilah engkau termasuk orang-orang yang shalat. Pada ayat di atas, sesuatu yang gobal (shalat) dibahasakan dengan salah satu partikelnya (sujud)”. Menurut sebagian ulama’, partikel tersebut (sujud) adalah partikel paling pentig dalam sesuatu yang global tersebut (shalat). Sebab, diriwayatkan dengan shahih bahwa Rasulullah bersabda; “Seorang hamba sangat dekat dengan Tuhannya ketika ia sujud’.”
Syaikh Al-Allusi melanjutkan; “Sabda Rasulullah di atas merupakan tips menghilangkan kegalauan yang beliau rasakan. Sepertinya, beliau bersabda, ‘Lakukan sujud, niscaya Tuhanmu menghilangkan kegalauan dan kesempitan dari dadamu.’ Untuk menambah bobot masalah shalat, maka rekaksi bahasa yang digunakan ialah kata perintah, seperti Anda ketahui, dan berbeda dengan redaksi bahasa sebelumnya. Dan, itu berarti anjuran keras untuk shalat. Jika Rasulullah punya masalah pelik, beliau mengerjakan shalat”.
Rasulullah pernah bersabda kepada Bilal, “Hai Bilal, kumandangkan iqamah untuk shalat. Hiburlah kita dengan shalat.” (HR. Ahmad).
Dengan shalat, Rasulullah mendapatkan ketenangan dari seluruh keseidihan dunia dan gangguan yang beliau terima dari orang-orang kafir. Al-Manawi menjelaskan bahwa di antara pengaruh shalat bagi manusia ialah shalat itu obat penyembuh penyakit-penyakit hati, badan, duka, dan penderitaan. Allah berfirman,
وَاسْتَعِينُوا بِالصَّبْرِ وَالصَّلاَةِ وَإِنَّهَا لَكَبِيرَةٌ إِلاَّ عَلَى
“Jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu. dan Sesungguhnya yang demikian itu sungguh berat, kecuali bagi orang-orang yang khusyu',” (Al-Baqarah: 45).
Karena itu, jika punya masalah rumit Rasulullah mengerjakan shalat. Sebab, shalat itu mendatangkan rizki, menyehatkan badan, menolak bahaya, mengusir penyakit, menguatkan hati, menyenangkan jiwa, menghilangkan kemalasan, membuatu badan fit, menyuplay energi, melapangkan dada, mengisi ruh, menyinarkan hati, mencerahakn wajah, menjaga kenikmatan, mengusir siksa, membawa keberkahan, menjauhkan setan, dan mendekatkan kepada Allah. kesimpulannya, shalat itu punya pengaruh luar biasa dalam emnjaga kesehatan hati, badan, stamina keduanya, dan mengusir hal-hal negatif di dunia dan akhirat serta mendatangkan kemaslahatan.

4. Membuka Sifat Sabar.
Allah berfirman,
فَاصْبِرْ لِحُكْمِ رَبِّكَ وَلاَتُطِعْ مِنْهُمْ ءَاثِمًا أَوْ كَفُورًا وَاذْكُرِ اسْمَ رَبِّكَ بُكْرَةً وَأَصِيلاً َمِنَ الَّيْلِ فَاسْجُدْ لَهُ وَسِبِّحْهُ لَيْلاً طَوِيلاً

“Maka Bersabarlah kamu untuk (melaksanakan) ketetapan Tuhanmu, dan janganlah kamu ikuti orang yang berdosa dan orang yang kafir di antar mereka. “Dan sebutlah nama Tuhanmu pada (waktu) pagi dan petang. “Dan pada sebagian dari malam, Maka sujudlah kepada-Nya dan bertasbihlah kepada-Nya pada bagian yang panjang dimalam hari. (QS. Al-insan: 24-26)
Sabar itu pilar paling penting yang dibutuhkan para dai dalam perjalan dakwah mereka. Sebab, tanpa sabar, mereka tidak dapat meneruskan perjalanan dakwah mereka. Dan, sabar ialah pengaruh dan hasil dari bekal yang disebutkan Allah pada ayat di atas, yaitu tasih dan sujud. Siapa sabar dalam beribadah, ia akan sabar dalam hal-hal selain ibadah. Sebaliknya siapa tidak sabar dalam beribadah, malas mengerjakannya, dan jiwanya tidak bersemangat mengerjakannya,maka ia tidak sabar dalam selain shalat. Karena itu, Allah Ta’ala menyuruh Rasulullah bertasbih dan sujud, untuk melatih beliau, agar sabar menghadapi apa saja yang akan beliau temui di perjalanan dakwah beliau.
Sayyid Quthb berkata; “Maksud ayat di atas, sabarlah dalam menghadapi gangguan dan fitnah. Sabarlah dalam menghadapi kebatilan yang merajalela. Sabarlah atas keburukan yang merebak. Lalu, lebih sabarlah dalam menyikapi kebenaran yang diberikan kepadamu, yaitu Al-Qur’an yang diturunkan kepadamu. Sabarlah dan jangan dengarkan tawaran kemaslahatan pribadi dan pertemuan di tengah jalan, dengan mengorbankan akidah. Sabarlah kendati menmbutuhkan waktu sekian lama, fitnah dan kekuatan pengembos itu memuncak serta jalan itu panjang”.
Sabar itu sulit. Kendati demikian, perlu ada bekal dan suplay. Allah berfirman:
وَمِنَ الَّيْلِ فَاسْجُدْ لَهُ وَسِبِّحْهُ لَيْلاً طَوِيلاً إِنَّ هَؤُلآءِ يُحِبُّونَ الْعَاجِلَةَ وَيَذَرُونَ وَرَآءَهُمْ يَوْمًا ثَقِيلاً
“Dan sebutlah nama Tuhanmu pada (waktu) pagi dan petang. “Dan pada sebagian dari malam, Maka sujudlah kepada-Nya dan bertasbihlah kepada-Nya pada bagian yang panjang dimalam hari.” (QS. Al-Insan: 25-26).
Inilah bekal itu; “Sebutlah nama Tuhanmu pada pagi dan sore hati, sujudlah kepada-Nya pada malam hari dan bertasbihlah hingga lama”. Semua aktivitas ini menjalin kontak dengan sumber yang menurunkan Al-Qur’an kepadamu dan menyuruhmu berdakwah. Itu semua sumber kekuatan, bekal dan suplay. Yaitu menjalin kontak dengan-Nya dalam bentuk dzikir, ibadah, berdoa, dan tasbih, di malam panjangan. Jalan dakwah itu panjang dan beban itu berat. Oleh sebab itu. Diperlukan bekal banyak dan suplay besar. Bekal itu bisa diperoleh saat seorang hamba bertemu dengan Tuhannya dalam pertemuan rahasia, tanpa pihak lain dan penuh kedamaian. Bekal itu menghasilkan ketentraman hinngga kekalahan menjadi hilang, memunculkan kekuatan hingga kelemahan dan perasaan minimnya kekuatan menjadi tidak ada lagi, ruh tidak lagi mempedulikan perasaan kerdil dan kesibukan, lalu meilhat betapa besarnya tuga dan amanah itu, serta mengganggap kecil duri-duri jalan yang ditemui. Jika dai berbekal dengan bekal-bekal di atas, ia berbekal dengan kesabaran.

5. Menghasilkan Kekhusyukan
Khusyuk itu hasil sekian banyak ibadah. Misalnya membaca Al-Qur’an, dzikir, doa, tafakkur, dan lain sebagainya. Tapi, ibadah yang paling banyak menumbuhkan kekhusyukan ialah sujud kepada Allah . dengan sujud, kekhusyukan meningkat, sebab kedekatan dengan Allah semakin kuat. Allah berfirman,
قُلْ ءَامِنُوا بِهِ أَولاَتُؤْمِنُوا إِنَّ الَّذِينَ أُوتُوا الْعِلْمَ مِن قَبْلِهِ إِذَا يُتْلَى عَلَيْهِمْ يَخِرُّونَ لِلأَذْقَانِ سُجَّدًا وَيَقُولُونَ سُبْحَانَ رَبِّنَآ إِن كَانَ وَعْدُ رَبِّنَا لَمَفْعُولاً وَيَخِرُّونَ لِلأَذْقَانِ يَبْكُونَ وَيَزِيدُهُمْ خُشُوعًا
“Sesungguhnya orang-orang yang diberi pengetahuan sebelumnya apabila Al Quran dibacakan kepada mereka, mereka menyungkur atas muka mereka sambil bersujud,” “Dan mereka berkata: "Maha Suci Tuhan kami, Sesungguhnya janji Tuhan kami pasti dipenuhi". “Dan mereka menyungkur atas muka mereka sambil menangis dan mereka bertambah khusyu'.” (QS. Al-Isra’: 107-109).
Az-Zamakhsyari berkata di Al-Kasysyaf. “wa yakhirruna lil adzqani yabkuna, wa yaziduhum khusyu’an (dan mereka menjatuhkan diri ke wajah mereka sambil menangis dan mereka bertambah khusyuk), maksudnya Al-Qur’an membuat hati mereka semakin lembut dan mata mereka makin basah (oleh air mata).” Sensitif karena memikirkan keagungan Allah itulah yang membuat mereka menjatuhkan diri ke wajah mereka, guna sujud. Mereka tidak punya sarana lain, guna mendekatkan diri kepada Allah dan menundukkan diri kepada-Nya, selain sujud dengan khusyuk. Kekhusyukan mereka pun meningkat, lalu kemanisan iman, kelezatan khusyuk, dan keindahan munajat mereka semakin banyak.

6. Ada Tanda Putih di kening karena Sujud
Ketika Kiamat terjadi, Allah membangkitkan manusia generasi pertama hingga generasi terakhir, berjuta-juta bahkan bermilyar-milyar manusia, baik orang tinggi, orang pendek, oarng kulit hitam, dan orang kulit putih; berkumpul di satu tempat, manusai tumpah ruah hingga mereka sulit dibedakan dan sulit diketaui siapa sebenarya yang mereka kehendaki. Tentang kondisi seperti itu, Rasulullah bersabda;
ما من أمتي من أحد إلا وأنا أعرفه يوم القيامة: قالوا: وكيف تعرفهم يا رسول الله في كثرة الخلائق؟ قال: أرأيت لو دخلت صبرة فيها خيل دهم بهم و فيها فرس أغرّ محجل أما كمت تعرفه منها؟ قال: بلى قال: فإنّ أمتي يومؤذ غرّ من السجود محجلون من الوضء (رواه أحمد)
“Setiap orang dari umatku aku kenali pada hari Kiamat.” Para sahabat bertanya, “Wahai Rasulullah, bagaimana engkau bisa mengenalinya, di tengah kerumunan manusia yang banyak sekali?” Rasulullah bersabda, “Bagaimana pandapatmu, kalau engkau masuk ke tempat kumpul kuda, di dalamnya ada kuda hitam pekat dan kuda yang wajah dan kakinya putih; bukanlah engkau dapat mengenali mana kuda hitam putih dan kuda hitam?” Para sahabat berkata, “Ya, betul.” Rasulullah bersabda, “Pada hari itu (Kiamat), umatku punya tanda putih (di kening ) karena sujud dan tanda cemerlang (di tangan dan kaki) karena wudhu.” (HR. Ahmad).
Betapa agung kemuliaan seperti di atas! Ya, umat Rasulullah terlihat beda dari umat-umat lain, dengan tanda putih di kening karena sujud. Betapa besar kerugian orang yang tidak shalat dan keningnya menolak menempel dengan tanah! Nasib orang seperti itu sama persisi dengan nasib orang-orang kafir yang tidak punya tanda yang membedakan mereka dengan orang lain selain tanda hitam di wajah mereka, tangis mereka yang berkepanjangan, dan penyesalan mereka yang pada hari itu tidak ada gunanya lagi. Kemenangan dan kemuliaan saat itu milik orang-orang yang punya tanda putih di kening karena sujud mereka. Ya, mereka yang dulu di dunia menundukkan kepala kepada Allah . Dan, di akhirat, Allah Ta’ala meninggikan kepala mereka atas kepala manusia lain dan menganugerahkan surga tinggi kepada mereka.

7. Setan menangis
Setiap kali seseorang melakukan sujud tilawah, maka setan marah. Sebab, ia ingat kisahnya dengan Nabi Adam . ketika itu, setan diperintahkan sujud, tapi ia menolak sujud. Kini, setiapkali melihat seseorang melakukan sujud tilawah, setan menyesal tiada tara dan menangis. Tapi, setan menangis tanpa tekad untuk meninggalkan kemaksiatan. Abu Hurairah berkata, Rasulullah bersabda;
ِإذَا قرأ ابن ادم السجدة فسجدعتزل الشيطان يبكي يقول: يا ويله - وفي رواية أبكي كريب يا ويلي- أمر ابن ادم بالسجود فسجد فله الجنة و أمرت بالسجود فأبيت فلي النار (رواه مسام)
“Jika seseorang membaca ayat sajadah, lalu ia sujud, maka setan menyingkir lalu menangis. Setan berkata, ‘Ah celaka dia.’ –diriwayat Abu Kuraib, setan berkata, ‘Ah, celakanya aku.’- Orang itu disuruh sujud lalu ia sujud dan ia pun masuk surga. Sedang aku disuruh sujud, tapi aku menolak. Akibatnya, aku masuk neraka’.” (HR. Muslim).
Setan yang diberi sejumlah potensi itu ternyata tidak dapat menipu banyak manusia, dengan seabrek potensinya. Dan, karena ulahnya, banyak manusia masuk nereka. Tapi, sekarang Anda lihat ketika melihat orang muslim melakukan sujud tilawah , setan lemah, kecil, hina, dan menangis meraung-raung. Karena itu, orang Muslim sepantasnya meningkatkan sujudnya, agar setan semakin marah dan menangis.

8. Selamat pada hari kiamat
Di bab firman Allah .” Wuujuhuy yaumaidzin nadzirah (pada hari itu wajah mereka berseri-seri).” Al-Bukhari meriwayatkan hadits Nabi tentang kejadian-kejadian pada Hari Kiamat. Di hadits tersebut, Rasuluah bersabda; “Setelah Allah selesai memutuskan perkara seluruh hamba-Nya dan ingin mengeluarkan penghuni neraka yang Dia kehendaki dengan rahmat-Nya, maka Dia memerintahkan para malaikat untuk mengeluarkan dari neraka siapa saja yang tidak menyekutukan Allah dengan sesuatu apapun di antara orang-orang yang dikehendaki Allah untuk Dia rahmati, yaitu di antara orang-orang yang bersaksi tidak ada tuhan yang berhak disembah kecuali Allah. Para malaikat mengenali mereka di neraka dengan tanda sujud. Neraka menelan apa saja pada manusia, kecuali bekas sujud, sebab Allah mengharamkan neraka menelan bekas sujud. Lalu, mereka keluar dari nereaka dalam keadaan terbakar. Kemudian, mereka disiram air kehidupan, lalu mereka tumbuh di bawah air itu seperti biji-bijian tumbu di tanah bekas banjir.” (HR. Bukhari).
Orang-orang yang di keluarkan dari neraka itu bisa jadi tadinya orang-orang bejat. Tapi, mereka tidak meninggalkan shalat ketika mereka rusak. Mereka pun dihukum karena kemaksiatan mereka, tapi Allah mengharamkan neraka membakar bekas sujud mereka. Itulah yang membuat mereka berbeda dengan para penghuni neraka yang lainnya. Karena itu, para malaikat tidak menemui kesulitan untuk mengeluarkan mereka dari neraka.

9. Masuk Surga
Di shahih-nya, muslim meriwayatkan hadist dari Abu Salamah yang berkata, Rabi'ah bin Ka'ab al Anshari bercerita kepadaku: "Aku pernah menginap di tempat Rasulullah . Aku datang kepada Rasulullah dengan membawa air dan kebutuhan beliau, tiba-tiba beliau bersabda kepadaku; "Mintalah!" Aku berkata; "Aku minta kepadamu aga dapat menemanimu di surga". Rasulullah bersabda; "Tidak ada permintaan lain?" Aku berkata; "Itu saja" Rasulullah bersabda; "Bantulah aku dengan banyak sujud". (HR. Muslim).
Shahabat mulia yang mengabdi kepada Rasulullah itu diberi kesempatan emas, yaitu doa Rasulullah untuknya. Seperti diketahui, bahwa doa Rasulullah pasti dikabulkan Allah . Andai Rasulullah minta Allah merubah gunuhng menjadi emas, pasti Allah mengabulkannya. Ya, shahabat itu diberikan kesempatan minta apa saja kepada Rasulullah sebagai hadiah atas pengabdiannya. Rasulullah bersabda; "Mintalah!" Maksudnya adalah minta apa saja tanpa menentukan kadar dan jenisnya. Dan obsesi shahabat itu keluar dari batasan bumi dan kenikmatan dunia. Ya, obsesinya adalah naik ke jannah. Ia minta dapat menemani Rasulullah di dalam surga kelak. Tidak diragukan lagi hal ini adalah obsesi tinggi yang tumbuh dari jiwa yang bersih.
Dan surga yang didambakannya adalah surga yang menmpati tingkatan tertinggi, yaitu surga Firdaus. Tempatnya para al anbiya dan syuhada. Dan tingkatan tersebut tidak mungkin bisa diraih kecuali dengan sebuah maha karya atau sebuah maestro yang agung. Lalu, Rasulullah memberikan resep untuk menggapai itu semua yang dapat memasukkannya ke dalam surga serta menjadikannya sebagai teman pendamping rasul-nya, yaitu dengan banyak bersujud di hadapan Allah . "Bantulah aku dengan banyak sujud", demikianlah pinta Rasulullah . Sebab jiwa yang senantiasa memerintahkan kepada keburukan, tidak suka beribadah dan benci untuk berlama-lama beribadah. Oleh karena itu, agar jiwa mudah dikendalikan, maka ia perlu dibersihkan agar mudah dibawa kemana saja yang dikehendaki Allah .
Ya, dengan banyak bersujud..., berarti dengan banyak shalat selain shalt-shalat wajib yang telah diperintahkan Allah . Baik di waktu terbit fajar, dhuha, di waktu taubat, atau di permulaan, pertengahan, dan akhir seperti malam.

No comments: